KONSEP BELAJAR ORANG DEWASA DALAM PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL

Tinggalkan komentar

Konsepsi Belajar Orang Dewasa

Telah diketahui bahwa sasaran layanan pendidikan keaksaraan terdiri dari orang dewasa, untuk itu dalam membelaarkan orang dewasa tentu harus memperhatikan konsepsi belajar orang dewasa (Andragogi) seperti yang disampaikan oleh Knowles (1984) dalam buku ”Andragogi in Action : Appliying Modern Principles of Adult Learning”. Beberapa hal penting mengenai konsepsi tersebut adalah : (1) orang dewasa berbeda dengan anak-anak dalam hal sikap hidup, pandangan terhadap nilai-nilai hidup, minat, kebutuhan, ide/gagasan, hasrat-hasrat dan dorongan-dorongan untuk melakukan suatu perbuatan ; (2) orang dewasa sudah banyak memiliki pengalaman-pengalaman hidup(lebih banyak daripada anak-anak), maka mereka pada umumnya tidak mudah diubah sikap hidupnya; (3) orang dewasa mempunyai konsep diri yang kuat dan mempunyai kebutuhan untuk mengatur dirinya sendiri, oleh karena itu mereka cenderung menolak apabila dibawa ke dalam situasi yang digurui atau diperlakukan sebagai anak-anak; (4) pengalaman merupakan sumber yang paling kaya dalam proses belajar orang dewasa, oleh karena itu inti metodologi proses belajar orang dewasa adalah menganalisis pengalaman; (5) pada umumnya tidak ada perbedaan pada tingkat kecerdasan dan kemampuan belajara antara orang dewasa dan anak-anak, bila ada perbedaan mungkin hanya terjadi antara individu yang satu dengan individu lainnya; (6) orang akan lebih cepat dan lebih mudah menerima dan memahami isi pelajaran atau pendidikan apabila ia telah dapat menyadari dan menginsafi manfaat dan pentingnya pelajaran dan pendidikan itu bagi kehidupan; dan (7) orang akan lebih mudah memahami suatu hal apabila dapat diterapkannya melalui berbagai jenis panca indera(penglihatan, perasaan, perasaan, dll), lebih-lebih apakbila dihayati dengan jalan melakukannya sendir, seperti pepatah ” I hear and I forget I see and I remember, I do and I understand” (saya dengar maka saya lupa, saya lihat maka saya ingat, saya lakukan maka saya mengerti”. Jadi agar seseorang mengerti, kepadanya tidak hanya mendengarkan dan memperlihatkan tapi juga di demonstrasikan dan di beri kesempatan untuk melakukannya sendiri.

Prinsip-prinsip Belajar Orang Dewasa

Data empiris menunjukkan bahwa mayoritas warga belajar program eaksaraan fungsional berusia 15 tahun. Menurut ukuran usia, seseorang disebut dewasa jika ia telah memasuki usia remaja atau sekitar 15 tahun keatas. Memang hal ini bukan merupakan ketentuan buku, namun berdasarkan teori psikologi, rentang usia ini sudah dimasukkan kedalam  kelompok dewasa. Paradigma pembelajaran yang digunakan adalah teori psikologi humanistik.

Paradigma humanistik dalam teori belajar orang dewasadikembangkan oleh rogers(1961), maslow(1970), allport(1985) dan banyak ditemukan pada tulisan knowles(1984) seperti telah diuraikan diatas. Paradigma humanistik memandang bahwa orang dewasa dalam belajar memiliki kebutuhan yang spesifik serta kaya pengalaman yang dapat dijadikan sebagai sumber belajarnya.

Prinsip-prinsip belajar orang dewasa menurut Gibb yang dikutip oleh Brookfield adalah bahwa : (1) pembelajaran harus berorientasi pada masalah atau problem oriented; (2) pemeblajaran harus berorientasi pada pengalamn sendiri warga belajar (experiences oriented); (3) pengalamn harus penuh dengan makna (meaningfull) bagi warga belajr; (4) warga belajr bebas untuk belajar sesuai dengan pengalamannya; (5)  tujuan belajar harus ditentukan dan disetujui oleh warga belajar atau melalui kontrak belajar (learning contract); dan (6) warga belajar harus memperoleh umpan balik tentang pencapaian tujuan.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, orang dewasa belajar sepanjang hidupnya atau life long education, meskipin jenis yang dipelajari dan cara belajarnya selalu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Orang dewasa senang belajr bila aktifitas belajarnya dapat memecahkan masalahnya, menjadi bermakna bagi situasi kehidupannya. Mereka juga menginginkan hasil belajar segera dapat diterapkan. Hasil penelitian Lindeman tentang proses belajar orang dewasa yang dikutip oleg Knowles (1990 ; 31) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran keaksaraan fungsional ada lima  hal yang perlu diperhatikan yaitu:

  1. warga belajar akan termotivasi untuk belajar jika sesuai dengan pengalaman, minat dan kebuuhan merupakan titik awal dalam pengorganisasian akativitas pembelajaran di kelompok belajar.
  2. orientasi belajar berhubungan dengan erat dengan kehidupannya, oleh karena itu unit yang tepat untuk pembelaaran program keaksaraan fungsional adalah situasi kehidupan bukan mata pelajaran.
  3. pengalaman adalah sumber yang paling kaya yang harus diakui keberadaanya bagi pembelajaran program keaksaraan fungsional. Oleh karena itu, metode utama dalam pembelajaran adalah menganalisis pengalaman warga belajar.
  4. setiap warga belajar memiliki kebutuhan untuk mengarahkan diri, oleh karena itu, peran tutor adalah meningkatkan proses saling memberi dan menerima bukannya mentransfer atau memindahkan pengetahuan kepada mereka dan kemudian mengevaluasi seberapa jauh mereka menguasai pengetahuan yang diberikan.
  5. perbedaan individual diantara warga belajr, meningkat seiring bertambahnya usia. Atas dasar itu, pola pemeblajaran harus menghargai secara penuh adanya perbedaan gaya, waktu, tempat dan bentuk penyampaian materi belajar.

Pendapat Lindeman tersebut pada intinya adalah menekankan bahwa warga belajar akan lebih tertarik dalam belajar bila materi yang diberikan sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Sifat Dasar Belajar Orang Dewasa

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan sifat dasar belajar orang dewasa yang meliputi :

  1. Belajar berkaitan dengan kedewasaan

Pada usia dewasa kemampuan dan keterampilan dasar yang telah diperoleh, selain dimantapkan juga harus dikembangkan. Makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh, maka pada gilirannya akan lebih mantap dalam belajar lebih lanjut.

  1. Tugas dan kewajiban sebagai orang dewasa

Orang yang sudah dewasa dihadapkan pada kewajiban-kewajiban untu membentuk dan membina suatu keluarga(suami, istri, dan anak-anak). Dalam kewajiban tersebut termasuk : usaha mencari nafkah, membina rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak, dll. Orang dewasa lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk memasukkan dirinya kedalam dorongan-dorongan tertentu, yang saling berbeda yaitu berdasarkan jenis pekerjaan, kepercayaan, ideologi, dan pandangan hidupnya. Sehubungan dengan karekteristik orang dewasa sebagaimana dikemukakan diatas , maka dalam usaha-usaha memberikan pembelajaran kepada mereka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berkut : (1) materi pembelajaran yang diberikan harus disesuaikan dengan keperluan warga belajar dalam mencari nafkah atau memnuhi kewajiban mereka terhadap keluarga dan masyarakat, (2) tidak diperkenankan adanya unsur paksaan dalam proses belajar, (3) proses pembelajaran akan berlangsung baik bila memperhatikan status sosial warga belajar di masyaraat, (4) waktu belajar disesuaikan dengan waktu luang warga belajar, (5) memberikan kepercayaan warga belajar

  1. Pengalaman hidup orang dewasa

Dalam pertumbuhan menuju orang dewasa, seseorang banyak memilki pengalaman dalam hidupnya, dan akan belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan. Apabila sikap hidup, pikiran, ide, gagasan, pengalaman, informasi, dan sebagainya yang terdapat pada diri warga belajar dipupuk dan dikembangkan, maka akan membantu perkembanngan atau kemajuan belajarnya, ataupun sebaliknya.

  1. Menyadari manfaat dan pentingya belajar

Pengelola program keaksaraan fungsional senantiasa harus berusaha untuk dapat mengenal dan memahami berbagai segi kehidupan orang dewasa. Dengan mengenal dan memahami unsur-unsur kehidupan orang dewasa itu yang benar-benar membawa kegunaan bagi tiap-yiap individu, atau masyarakat secara keseluruhannya. Unsur-unsur yang mengandung kegunaan inilahyang harus dijadikan bahan dalam menyusun materi pembelajaran.

Contoh unsur-unsur kehidupan misalnya : (1) bagaimana cara-cara praktis untuk menaikkan penghasilan bagi tiap warga masyarakat; (2) bagaiman cara menanggulanagi segala macam bahaya yang mengancam kesejahteraan manusia; (3) bagaimana cara memanfaatkan kekayaan; (4) bagaimanan cara memelihara gotong ronyong; (5) bagaimana cara berswadaya dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari penyelesaian administratif bagi dirinya; dll.

  1. Tingkat Kecerdasan dan kemampuan belajar orang dewasa

Yang dimaksud dengan kemepuan belajar orang dewasa adalah

  • Kemampuan untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan
  • Kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari contoh yang dikemukakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
  • Kemampuan untuk membuat contoh terhadap hal yang diajarkan
  • Kemampuan dalam melihat korelasi materi dengan pengalaman
  • Kemampuan dalam mengolah petunjuk dan informasi yang diterimanya

Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional memiliki pedoman atau konsepsi sebagai berikut :

  • Berikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
  • Jelaskan materi dengan contoh yang sering ditemui dalam kahidupan warga belajar
  • Mengajak warga belajar untuk mencari contoh yang diajarkan
  • Mengajak warga belajar dengan sedapat mungkin mempraktekan contoh tersebut
  • Jangan memberikan paksaan
  • Memberi rangsangan dengan cara mengajukan pertanyaan yang mreka pahami.

Pendekatan Orang Dewasa Terhadap Belajar (Pada Pendidikan Keaksaraan Fungsional)

Adapun pendekatan tersebut antara lain :

  1. Pendekatan Berpusat pada masalah

Meningkatkan motivasi belajar orang dewasa dengan identifikasi masalah yang dihadapi.

  1. Pendekatan proyektif

Pendekatan proyektif adalah pendekatan yang digunakan secara proyektif dalam memprediksi sesuatu, yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh warga belajar secara menyeluruh namun bukan merupakan tekanan dari luar, karena sudah terkondisi dengan persoalan hidup sehari-hari.

  1. Pendekatan Aktualisasi Diri

Pendekatan ini didasarkan atas kepercayaan yang kuat akan kemampuan individuuntuk mengatur kehidupannya sendiri.

Aspek Yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Menurut Oemar Hamalik (1999), menyatakan bahwa : ” aspek-aspek yang terkait dalam proses belajar  terdiri atas : (1) Motivasi warga belajar; (2) Bahan belajar; (3) Alat bantu belajar; (4) Suasana belajar; (Kondisi Subyek belajar.”

Hello world!

1 Komentar

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!